Skip to main content

Sekretaris, tidak harus cantik

Kemarin (19/08) pas lagi di perpus baca-baca rubrik infotainment di koran. Aku ngeliat Yuyun, Anak D3 Sekretaris, temen se Fakultas yang juga seangkatanku mengembalikan buku. Aku jadi teringat kalo sekarang studi dia dan temen2 D3 Sekretaris lainnya sudah selesai.


Beberapa waktu yang lalu mereka sudah melalui ujian TA. Katanya sih pas ujian banyak yang nangis bombai, kewalahan menghadapi para penguji yang super duper killer. Yah... dasar cewek!!! Anyway, mereka sekarang sudah ongkang-ongkang kaki, tinggal nunggu diwisuda. Gak kayak aku yang masih nunggu setahun lagi (kalo kelar!). Sebenarnya aku merasa ini tidak adil. Aku dan Yuyun and the genks adalah seangkatan. Masuknya bareng, yakni tahun 2005. Tapi kenapa mereka bisa lulus duluan? Ya iyalah... secara mereka ngambilnya D3 yang normalnya cuma memakan waktu 3 tahun. Andai dulu aku ngambil D3 Sekretaris, mungkin aku juga akan selesai tahun ini. Dan aku akan menjadi cowok terganteng di D3 Sekretaris di antara cewek-cewek cantik itu.

Anyway, sebenarnya ada satu pertanyaan mengenai D3 Sekretaris yang sampe sekarang masih mengganggu pikiran tidak sehatku. Apakah ada peraturan bahwa mahasiswa D3 Sekretaris harus cewek dan harus cantik. Perasaan gak ada, tapi kenapa yang ngambil D3 Sekretaris rata-rata cewek yang cantik? Kenapa sampe saat ini belum ada mahasiswa D3 Sekretaris yang cowok. Apakah profesi Sekretaris itu memang benar-benar identik dengan cewek? Perasaan enggak, deh. Di Desaku saja yang jadi Sekretaris Desa cowok. Begitu juga dengan Sekretaris Negara, Pak Hatta Rajasa, beliau kan cowok tulen yang tidak pernah kuliah Sekretaris. Bahkan di level dunia, yang menjadi Sekretaris Jenderal PBB dari dulu sampai sekarang setahuku selalu kaum Adam. Tapi kenapa mahasiswa D3 Sekretaris Unitomo kok selalu kaum Hawa?
Sekretaris Jenderalnya PBB aja bukan cewek cantik kok!

Yup, jawabnya: tentu saja pengertian Sekretaris yang ada di D3 Sekretaris dan Sekretaris yang ada di organisasi-organisasi tertentu itu berbeda.
Setahuku, Sekretaris yang ingin dicetak oleh D3 Sekretaris Unitomo adalah Sekretaris yang jago di bidang clerikal work. Sekretaris yang biasanya mendampingi si bos sebuah perusahaan untuk masalah tetek-bengek perkantoran, semacam pengarsipan, mengatur jadwal si bos, mempersiapkan materi-materi yang si bos perlukan ketika akan meeting dan hal-hal ribet lain yang tak perlulah seorang bos terlalu memikirkannya. Makanya dibutuhkan tenaga cewek, karena biasanya cewek paling rajin dan teliti dalam pekerjaan seperti itu. Kalo cowok (kayak gue) tentu gak sabaran untuk bisa seteliti itu. Tapi yang tak kalah penting, tugas seorang sekretaris adalah menjadi vitamin bagi kesehatan mata si bos. Makanya biasanya sekretaris harus cantik. (Kalo gitu, kapan aku jadi bos ya Tuhan....).
Sedangkan sekretaris untuk organisasi publik, semacam Sekretaris Desa, Sekretaris Negara, Sekretaris Jenderal PBB dan sekjen-sekjen di organisasi publik lainnya, bukanlah sekretaris dengan tugas clerikal work. Melainkan lebih ke tugas manajemen organisasi. Oh ya, satu lagi. Dulu aku sempat mengira Sekretaris Jenderal itu harus orang militer, karena ada kata-kata Jenderalnya. Tapi ternyata Jenderal itu kan kata serapan dari Barat yang berasal dari kata "General" yang artinya Umum. Jadi Sekretaris Jenderal sama seperti Sekretaris Umum. So, aku ga' perlu ngebayangin Pak Wiranto dengan jas militer yang dipenuhi berbagai macam tanda pangkat layaknya Pramuka Penggalang yang telah mengkhatamkan SKU dan SKK.

Comments

Popular posts from this blog

Rajabiyah dan Kemeriahannya

  Waktu itu sekitar November 1998. Para santri baru saja kembali dari menikmati liburan caturwulan I di bulan Oktober. Sekembali ke pondok, sebagai santri yang baru mondok empat bulan saya dikejutkan dengan kemeriahan di Tebuireng. Kemeriahan itu bernama Rajabiyah. Sebuah kegiatan yang rutin tiap tahun dihelat oleh para santri secara mandiri. Mereka urunan sendiri, membentuk kepanitiaan sendiri, mengurus segala detailnya sendiri. Setiap komplek di Tebuireng menggelar kegiatan Rajabiyah. Pun dengan Orda (Organisasi Daerah) juga menggelar kegiatan dengan tema yang sama. Kemeriahan Rajabiyah ini persis seperti kemeriahan Agustusan di kampung. Berbagai lomba digelar. Mulai dari lomba ilmiah semacam lomba baca kitab, lomba pidato, lomba adzan, lomba bilal, lomba cerdas cermat, lomba kaligrafi dan semacamnya. Sampai dengan lomba non ilmiah yang bernuansa hiburan seperti balap karung, kepruk kendil, sepak bola, makan krupuk dan lomba aneh-aneh lainnya. Untuk lomba non ilmiah ini nampak ma...

Algoritma Google dalam Menerka

Google perusahaan pencari paling besar di bumi selain semakin menggila, juga semakin tidak masuk akal perkembangannya. Algoritma yang dikembangkan google membuat kesok tahuan google bermetamofosis menjadi keserba tahuan. Dulu untuk mencari data menggunakan mesin pencari semacam google diperlukan trik-trik khusus. Yakni dengan menambahkan algoritma pemrograman. Di antara trik itu bisa dibaca di sini . Kita perlu menambahkan AND, OR, *, -, &, dan lain sebagainya ke dalam pencarian kita. Lebih rincinya silakan dibaca di artikel tersebut. Artikel itu ditulis pada 2008. Sekarang. 11 tahun dari artikel itu ditulis. Algoritma google sudah mengalami kemajuan pesat. Suatu malam, tetangga saya punya hajat. Manten. Agak jauh dari rumah. Tapi suara sound systemnya terdengar cukup jelas dari kamar tidur saya. Afham yang saat itu mendengar sebuah lagu dari acara mantenan secara refleks menirukan. Entah darimana ia mengenal lagu itu. Hanya saja ia melafalkan lirik yang salah. Saat ...

Kawal Gerakan 10.000 Sebulan dengan Fintech

Salah satu yang menarik perhatian saya pada Munas Ikapete tahun ini adalah launching Gerakan 10.000 Sebulan. Ini adalah gagasan besar yang melibatkan hal kecil. Barangkali ada yang mencibir kok 10.000? Kenapa tidak 100.00 saja? Itu kan terlalu receh? Biar! Asal tahu saja, roda ekonomi Indofood CBP Tbk. bisa berputar karena peran recehan. Coba kalau Indomie produk mie sejuta ummat yang dimiliki Indofood itu dijual  dengan harga 100.000 per bungkus. Belum satu tahun bisa tutup itu pabrik. Tutup bukan karena ongkos produksinya besar tapi karena jualannya tidak laku. Ibarat mencari ikan, Gerakan 10.000 Sebulan menurut saya adalah menjaring bukan memancing. Harus diakui alumni Tebuireng yang tersebar di seantero dunia ini selain jumlahnya banyak juga berasal dari beragam kelas sosial ekonomi. Mulai dari yang berprofesi sebagai pengusaha, pengacara, sampai sopir truk ekspedisi. Asli, yang terakhir itu salah satu teman satu angkatan saya. Kemampuan ekonomi mereka pun beragam. Mulai d...