Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2009

MAS FURQON

Aku kirain iwakdig yang harga print warnanya murah itu masih buka, ternyata sudah tutup. Aku pun terus melaju di atas Vega-R Oranye pemberian orang tua. Mmm... Belum, belum bisa disebut pemberian karena di STNKnya belum mengatasnamakan diriku. Mungkin lebih pantas dipinjamkan Orang tuaku. Baiklah di sini saya tidak sedang ingin membahas motor produksi Yamaha itu. Saya sedang ingin memberitahu bahwa siang-siang yang amat panas itu saya sedang mencari rental komputer di sekitar kampus untuk mengeprint sesuatu. Saya butuh print warna. Dan banyak rental yang angkat tangan kalo sudah ngprint warna. Dasar produsen printer bodoh!!! Di mana-mana katrid printer yang warna selalu rusak terlebih dahulu. Akhirnya saya menemukan sebuah rental yang bisa ngeprint warna. Begitu turun dari motor tiga orang karyawannya yang sedang duduk di depan komputer langsung melihat saya penuh heran dari dalam ruangan. Begitu masuk dan bilang kalo mau ngeprint saya langsung dilayani, karena memang suasana rent

Tipe Orang Menunggu

Sebenarnya banyak referensi yang bisa dijadikan Landasan Teori untuk membahas "Menunggu" Kali ini saya akan merujuk pada lirik lagu "Menunggu"nya Ridho Rhoma Feat Sonet 2 Band yang berjiwa mellow dan sebuah puisi dari Andi Eriawan yang berjiwa 'COWOK' banget. Jika ada seseorang yang sedang menunggu seseorang. Entah itu menunggu wujudnya, menunggu jawabannya, menunggu keputusannya, menunggu kepastiannya atau menungggu nya-nya yang lain. Bolehlah saya membaginya menjadi dua tipe penunggu: Tipe pertama , orang yang akan setia menunggu dan menunggu bahkan tidak disuruh menunggu pun ia akan tetap menunggu. Dengan harapan suatu saat yang ia tunggu, mau ditunggu. Maka dia adalah tipe orang yang setia. Ini adalah tipe yang gak ada matinya. Kecuali kalo harapan itu sudah musnah. Untuknya saya persembahkan lirik "Menunggu"nya Ridho Rhoma feat Sonet 2 Band yang diciptakan Bang Haji. MENUNGGU Sekian lama aku menunggu Untuk kedatanganmu Bukankah engkau telah b

THE CONFUSED TRANSACTION

"Piro Mas?" (Berapa, mas?) Tanyaku "Petang Puluh". (Empat Puluh) Jawabnya. Wah, mahal sekali. Sialan!! Apakah tambal ban di sini memang memasang tarif VIP atau memang pasarannya segitu. Mengganti ban dalam, diberi harga Rp. 40.000. Padahal sekilas aku sempat melirik kotak pembungkus ban bermerk IRC itu, terdapat bandrol bertuliskan 26.000. Berarti ongkos mengganti bannya (40.000 - 26.000= 14.000) Empat Belas Ribu Rupiah. "Petang Puluh Limo", (Empat Puluh Lima) ralatnya tiba-tiba. Hah... Tambal ban di sini harganya fluktuatif sekali! Seperti Mata Uang Rupiah saja pikirku. Tapi sudahlah, mungkin itu memang Rezeki dia. Allah sudah mengatur rezeki itu dengan membuat bocor pentil ban depan motorku (huruf 'e' dalam kata pentil dibaca seperti huruf 'e' dalam kata pensil, bukan huruf 'e' dalam kata pentol). Ya sudahlah, dengan berat hati dan sedikit menggerutu di dalam hati aku keluarkaan uang Lima Puluh Ribu dari dompet. Asumsiku aku akan