Cerita pengantar tidur untuk Afham:
Wagimin, seorang bocah yang hidup di zaman dahulu. Zaman saat listrik belum mengaliri kampung-kampung di Indonesia.
Suatu malam, Wagimin main keluar rumah dengan berbekal obor. Saking asiknya bermain, Wagimin enggan pulang.
Ketika malam semakin larut, orang tua Wagimin mencari ke mana-mana. Namun Wagimin tak kunjung ditemukan. Mereka mencari ke rumah teman-temannya namun mereka tak ada yang tahu di mana Wagimin berada.
Karena situasi dianggap sudah mengkhawatirkan, orang tua Wagimin memutuskan untuk melapor pak Lurah.
Pak Lurah pun mengerahkan warga untuk berkumpul. Ada yang membawa obor, ada yang membawa kentongan. Hampir semua warga desa laki-laki ikut serta.
Oleh pak Lurah mereka dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyisir daerah-daerah yang dianggap singit (misterius). Seperti barongan (gugusan pohon bambu), bendungan, ladang, lapangan desa dan lain sebagainya.
Setelah berjam-jam berkeliling tanpa hasil, pak Lurah memutuskan untuk menghentikan pencarian. Lagi pula sudah terlalu larut malam.
Orang tua wagimin pun pasrah. Sang ibu tak bisa menahan air mata kesedihannya.
Saat menjelang subuh, wak modin pergi ke masjid untuk mempersiapkan shalat jamaah shubuh.
Saat wak Modin hendak wudlu ia terkaget karena mendapati ada seorang bocah yang tidur di tempat wudlu. Setelah diamati lebih teliti dengan bantuan lampu ublik, wak Mudin dapat memastikan bocah itu adalah Wagimin yang semalaman dicari orang sekampung. Ia tertidur sangat pulas sampai pipinya dipenuhi air liur yang mengering.
Wagimin, seorang bocah yang hidup di zaman dahulu. Zaman saat listrik belum mengaliri kampung-kampung di Indonesia.
Suatu malam, Wagimin main keluar rumah dengan berbekal obor. Saking asiknya bermain, Wagimin enggan pulang.
Ketika malam semakin larut, orang tua Wagimin mencari ke mana-mana. Namun Wagimin tak kunjung ditemukan. Mereka mencari ke rumah teman-temannya namun mereka tak ada yang tahu di mana Wagimin berada.
Karena situasi dianggap sudah mengkhawatirkan, orang tua Wagimin memutuskan untuk melapor pak Lurah.
Pak Lurah pun mengerahkan warga untuk berkumpul. Ada yang membawa obor, ada yang membawa kentongan. Hampir semua warga desa laki-laki ikut serta.
Oleh pak Lurah mereka dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyisir daerah-daerah yang dianggap singit (misterius). Seperti barongan (gugusan pohon bambu), bendungan, ladang, lapangan desa dan lain sebagainya.
Setelah berjam-jam berkeliling tanpa hasil, pak Lurah memutuskan untuk menghentikan pencarian. Lagi pula sudah terlalu larut malam.
Orang tua wagimin pun pasrah. Sang ibu tak bisa menahan air mata kesedihannya.
Saat menjelang subuh, wak modin pergi ke masjid untuk mempersiapkan shalat jamaah shubuh.
Saat wak Modin hendak wudlu ia terkaget karena mendapati ada seorang bocah yang tidur di tempat wudlu. Setelah diamati lebih teliti dengan bantuan lampu ublik, wak Mudin dapat memastikan bocah itu adalah Wagimin yang semalaman dicari orang sekampung. Ia tertidur sangat pulas sampai pipinya dipenuhi air liur yang mengering.
Comments