Skip to main content

Awak Remek!

Setelah semalaman (23/10) tidak istirahat gara-gara laptop ngadat dan PC di basecamp yang bangsat, padahal tuntutan untuk segera menyelesaikan Tashwirul Afkar, si bulletin yang biasa memaksaku kerja rodi sudah semakin dekat. Pekerjaan layout yang cukup memeras fikiran (yang bener pikiran, bung! Tapi fikiran lebih punya taste!) dan tenaga itupun aku boyong ke rumah dengan terlebih dahulu menginstall ulang Laptopku yang (gak) Compaq ini. Sore hari, pekerjaan selesai, badan rasanya capek dan mau meriang. Tapi itu tidak boleh menjadi alasan tidak pergi kuliah, biar aku tetap dianggap mahasiswa sama orang-orang.
Pulang kuliah, sebagai ketua yang baik hati dan pandai mengaji, aku menyempatkan diri untuk mengikuti rapat panitia raker. Dan setelahnya, rencana untuk berziarah ke makam Sunan Ampelpun harus dijalani. Sekali lagi, sebagai ketua yang baik hati dan pandai mengaji, meskipun badan rasanya sangat lelah belum istirahat sama sekali akupun memenuhi janji. Malu sama malaikat yang terlanjur mencatat amal baikku untuk berziarah, kalau tidak jadi.
Bodohnya, sepanjang perjalanan yang diguyur hujan tiada henti, aku sok menjadi pemuda yang menjunjung tinggi solidariti, hingga mantel bin jas hujan yang terjepret tak berdaya di depan jok motor seolah tak memiliki fungsi.
"Semua tidak pakai mantel, maka aku pun tidak akan memakai mantel juga." Begitu selorohku dalam hati dengan sok terpuji. Padahal, teman-teman lain yang terdiri dari Lacha, Fi'liyah, Mbak Luluk, Muhlisin dan Arita memakai jaket yang meskipun kehujanan toh tetap terasa hangat.
Sedangkan aku, lelaki yang sombong dan sok tahu ini hanya menganakan baju takwa hitam yang tipis setipis tisu yang dirangkap 3 kali.
Wal Hasil, di pagi hari. Tubuh menggigil, hidungpun berproduksi secara berlebihan, hingga dalam tiap 30 detik aku harus menghirup hidungku yang berakibat menimbulkan bunyi "srooop!!!". Belum lagi tenggorokan yang gatal dan sesekali batuk berdahak. Dadapun terasa sesak.
Harusnya aku beristirahat, tapi lagi-lagi Tashwirul Afkar memaksa untuk kerja rodi. Hingga di sore hari, akupun tak mau tidur-tiduran di kamar untuk menunggu datangnya mimpi, karena mata kuliah Reinventing Governtment sudah menanti. Bukankah aku mahasiswa teladan yang selalu dijadikan rujukan mahasiswa dalam bersikap dan bertingkah?
Ah!!!! Dasar!!! Awak Remek, masih saja sombong.

Memang.... aku adalah lelaki yang sombong dan sok tahu tapi pemalu. Padahal aku sudah pakai celana.

Kebun Bibit, 24 Oktober 2008

Comments

Popular posts from this blog

Kawal Gerakan 10.000 Sebulan dengan Fintech

Salah satu yang menarik perhatian saya pada Munas Ikapete tahun ini adalah launching Gerakan 10.000 Sebulan. Ini adalah gagasan besar yang melibatkan hal kecil. Barangkali ada yang mencibir kok 10.000? Kenapa tidak 100.00 saja? Itu kan terlalu receh? Biar! Asal tahu saja, roda ekonomi Indofood CBP Tbk. bisa berputar karena peran recehan. Coba kalau Indomie produk mie sejuta ummat yang dimiliki Indofood itu dijual  dengan harga 100.000 per bungkus. Belum satu tahun bisa tutup itu pabrik. Tutup bukan karena ongkos produksinya besar tapi karena jualannya tidak laku. Ibarat mencari ikan, Gerakan 10.000 Sebulan menurut saya adalah menjaring bukan memancing. Harus diakui alumni Tebuireng yang tersebar di seantero dunia ini selain jumlahnya banyak juga berasal dari beragam kelas sosial ekonomi. Mulai dari yang berprofesi sebagai pengusaha, pengacara, sampai sopir truk ekspedisi. Asli, yang terakhir itu salah satu teman satu angkatan saya. Kemampuan ekonomi mereka pun beragam. Mulai d...

Algoritma Google dalam Menerka

Google perusahaan pencari paling besar di bumi selain semakin menggila, juga semakin tidak masuk akal perkembangannya. Algoritma yang dikembangkan google membuat kesok tahuan google bermetamofosis menjadi keserba tahuan. Dulu untuk mencari data menggunakan mesin pencari semacam google diperlukan trik-trik khusus. Yakni dengan menambahkan algoritma pemrograman. Di antara trik itu bisa dibaca di sini . Kita perlu menambahkan AND, OR, *, -, &, dan lain sebagainya ke dalam pencarian kita. Lebih rincinya silakan dibaca di artikel tersebut. Artikel itu ditulis pada 2008. Sekarang. 11 tahun dari artikel itu ditulis. Algoritma google sudah mengalami kemajuan pesat. Suatu malam, tetangga saya punya hajat. Manten. Agak jauh dari rumah. Tapi suara sound systemnya terdengar cukup jelas dari kamar tidur saya. Afham yang saat itu mendengar sebuah lagu dari acara mantenan secara refleks menirukan. Entah darimana ia mengenal lagu itu. Hanya saja ia melafalkan lirik yang salah. Saat ...

Rajabiyah dan Kemeriahannya

  Waktu itu sekitar November 1998. Para santri baru saja kembali dari menikmati liburan caturwulan I di bulan Oktober. Sekembali ke pondok, sebagai santri yang baru mondok empat bulan saya dikejutkan dengan kemeriahan di Tebuireng. Kemeriahan itu bernama Rajabiyah. Sebuah kegiatan yang rutin tiap tahun dihelat oleh para santri secara mandiri. Mereka urunan sendiri, membentuk kepanitiaan sendiri, mengurus segala detailnya sendiri. Setiap komplek di Tebuireng menggelar kegiatan Rajabiyah. Pun dengan Orda (Organisasi Daerah) juga menggelar kegiatan dengan tema yang sama. Kemeriahan Rajabiyah ini persis seperti kemeriahan Agustusan di kampung. Berbagai lomba digelar. Mulai dari lomba ilmiah semacam lomba baca kitab, lomba pidato, lomba adzan, lomba bilal, lomba cerdas cermat, lomba kaligrafi dan semacamnya. Sampai dengan lomba non ilmiah yang bernuansa hiburan seperti balap karung, kepruk kendil, sepak bola, makan krupuk dan lomba aneh-aneh lainnya. Untuk lomba non ilmiah ini nampak ma...