Skip to main content

Pertanyaan Paling Sulit di Negeriku Indonesia


Ada satu pertanyaan yang paling aku takuti. Ingat! satu pertanyaan, bukan satu-satunya pertanyaan. Aku selalu takut jika suatu saat nanti seseorang mengajukan pertanyaan itu. Pertanyaan itu seolah sebilah pisau yang disodorkan kepadaku untuk diiriskan di pergelangan tangan kiriku.

Ah.... Nggak segitunya kale..

Pertanyaan itu.. pertanyaan yang sebisa mungkin tidak tersampaikan kepadaku seumur, hidup. Sayangnya, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang ditanyakan oleh hampir setiap kaum hawa.

Pertanyaan itu adalah :

"Kenapa kamu mencintaiku?"

Ya.. sebuah pertanyaan yang sangat sulit bagiku. Lebih sulit dijawab daripada pertanyaan tentang prediksi pertumbuhan Indonesia 10 tahun ke depan.

Kamu pasti bertanya (ah.. lagi-lagi pertanyaan) mengapa pertanyaan itu sulit dijawab?

Karena jawaban dari pertanyaan itu, bukanlah sesuatu yang bisa dipikirkan oleh otak. Kenapa saya mencintai seseorang? Tentu jika otak saya dipaksa untuk mencari jawabannya, pastilah tidak akan ketemu. Karena cinta itu perbuatan hati, bukan perbuatan otak.

Sehingga meskipun saya disodori beberapa alternatif jawaban, misalnya: a) Karena cantik, b) karena kaya, c) karena pintar, dan seterusnya. Maka tidak satupun alternatif jawaban itu yang akan saya pilih.

Sekali lagi, bukannya saya seorang yang suka dengan golput sehingga tidak memilih satupun dari alternatif jawaban itu. Tapi lagi-lagi Cinta adalah masalah hati. Dan tidak semua yang ada di hati, bisa dikonkritkan dengan kata, tulisan atau wujud lainnya.

Maka, ketika pertanyaan "Kenapa kamu mencintaiku?" kelak disodorkan seseorang kepadaku. Maka aku akan jawab "Karena...." lalu kusentuh dada kiriku, sambil menunduk merasakan apa yang ada di HATI.

Comments

Popular posts from this blog

Algoritma Google dalam Menerka

Google perusahaan pencari paling besar di bumi selain semakin menggila, juga semakin tidak masuk akal perkembangannya. Algoritma yang dikembangkan google membuat kesok tahuan google bermetamofosis menjadi keserba tahuan. Dulu untuk mencari data menggunakan mesin pencari semacam google diperlukan trik-trik khusus. Yakni dengan menambahkan algoritma pemrograman. Di antara trik itu bisa dibaca di sini . Kita perlu menambahkan AND, OR, *, -, &, dan lain sebagainya ke dalam pencarian kita. Lebih rincinya silakan dibaca di artikel tersebut. Artikel itu ditulis pada 2008. Sekarang. 11 tahun dari artikel itu ditulis. Algoritma google sudah mengalami kemajuan pesat. Suatu malam, tetangga saya punya hajat. Manten. Agak jauh dari rumah. Tapi suara sound systemnya terdengar cukup jelas dari kamar tidur saya. Afham yang saat itu mendengar sebuah lagu dari acara mantenan secara refleks menirukan. Entah darimana ia mengenal lagu itu. Hanya saja ia melafalkan lirik yang salah. Saat ...

Kawal Gerakan 10.000 Sebulan dengan Fintech

Salah satu yang menarik perhatian saya pada Munas Ikapete tahun ini adalah launching Gerakan 10.000 Sebulan. Ini adalah gagasan besar yang melibatkan hal kecil. Barangkali ada yang mencibir kok 10.000? Kenapa tidak 100.00 saja? Itu kan terlalu receh? Biar! Asal tahu saja, roda ekonomi Indofood CBP Tbk. bisa berputar karena peran recehan. Coba kalau Indomie produk mie sejuta ummat yang dimiliki Indofood itu dijual  dengan harga 100.000 per bungkus. Belum satu tahun bisa tutup itu pabrik. Tutup bukan karena ongkos produksinya besar tapi karena jualannya tidak laku. Ibarat mencari ikan, Gerakan 10.000 Sebulan menurut saya adalah menjaring bukan memancing. Harus diakui alumni Tebuireng yang tersebar di seantero dunia ini selain jumlahnya banyak juga berasal dari beragam kelas sosial ekonomi. Mulai dari yang berprofesi sebagai pengusaha, pengacara, sampai sopir truk ekspedisi. Asli, yang terakhir itu salah satu teman satu angkatan saya. Kemampuan ekonomi mereka pun beragam. Mulai d...

Belum Berangkat Sudah Rindu

Hari ini, Senin, 1 Juli 2019 adalah hari saya mulai tinggal di Malang untuk kegiatan PPG. Kamu tahu bagaimana rasanya meninggalkan anak istri di rumah untuk 2 bulan? Sesek. Padahal saya punya pengalaman jauh dari orang tua selama 6 tahun. Bahkan kegiatannya lebih berat, nyantri. Fasilitas pun seadanya. Berbeda dengan sekarang. Kegiatan PPG yang akan berakhir September kelak itu saya tinggal di kos yang tentu saja fasilitasnya lebih baik daripada ketika mondok dulu. Tapi ini bukan persoalan kenyamanan fisik. Ini adalah persoalan kenyamanan psikis. Dulu ketika awal-awal mondok. Pas lagi kangen-kangennya dengan orang tua, saya berpikir bahwa yang kangen hanya saya saja. Kini setelah saya berumah tangga dan punya anak saya jadi mengerti, rasa rindu orang tua kepada anaknya ketika terpisah jarak tidak kalah menyesakkan. Padahal kegiatan saya ini hanya 2 bulan bukan 6 tahun, itupun tiap akhir pekan saya bisa pulang sebentar. Tapi kamu tahu bagaimana perasaan saya semalam? Rasanya ingin saya ...